Coca-Cola Gunakan Gula Tebu untuk Maniskan Minuman demi Trump

Posted on

Perubahan Bahan Baku Minuman Coca-Cola di Amerika Serikat

Perusahaan minuman ringan multinasional The Coca-Cola Company, yang berbasis di Atlanta, Georgia, kembali mengumumkan rencana untuk menggunakan gula tebu asli dalam salah satu produknya yang paling terkenal, yaitu Coke, khususnya untuk pasar Amerika Serikat. Pengumuman ini menarik perhatian publik karena dikaitkan dengan peran Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang sebelumnya menyampaikan pernyataan melalui akun Truth Social miliknya pada Rabu, 16 Juli 2025.

Trump menyebut bahwa ia telah berbicara langsung dengan perusahaan tersebut mengenai penggunaan pemanis alami dalam produk Coke. “Saya telah berbicara dengan Coca-Cola mengenai penggunaan gula tebu asli dalam produk Coke di Amerika Serikat, dan mereka telah sepakat untuk melakukannya,” ujarnya dalam pernyataan publik. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada jajaran pimpinan Coca-Cola yang dinilai responsif terhadap permintaan tersebut.

Dalam pernyataan resmi, Coca-Cola menyampaikan apresiasi terhadap perhatian Presiden Trump. Perusahaan akan segera merilis varian produk baru yang mengandung gula tebu. “Detail lebih lanjut mengenai penawaran inovatif baru dalam jajaran produk Coca-Cola, kami umumkan segera,” demikian bunyi rilis perusahaan.

Sejak awal 1980-an, Coca-Cola telah beralih dari gula tebu ke sirup jagung fruktosa tinggi (HFCS) sebagai pemanis utama untuk produknya di Amerika Serikat. Keputusan ini diambil demi efisiensi biaya, terutama karena harga gula yang lebih tinggi akibat kebijakan perdagangan dan subsidi pertanian. Namun, penggunaan HFCS telah menjadi topik perdebatan antara para ahli kesehatan dan pengambil kebijakan karena dianggap berkontribusi pada meningkatnya kasus obesitas dan gangguan metabolik.

Inisiatif ini sejalan dengan program pemerintah federal bertajuk Make America Healthy Again (MAHA). Program ini merupakan bagian dari kebijakan administrasi Trump, yang bertujuan mendorong industri makanan dan minuman untuk melakukan reformulasi produk agar lebih sesuai dengan prinsip diet sehat dan alami.

Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat Robert F. Kennedy Jr., yang merupakan tokoh sentral dalam MAHA, dikenal vokal dalam mengkritik penggunaan zat aditif dan kandungan gula berlebih dalam produk makanan dan minuman. Ia juga menyebut rencana pembaruan pedoman pola makan nasional yang akan diluncurkan musim panas ini. Panduan baru tersebut diharapkan dapat mendorong masyarakat beralih ke konsumsi makanan alami dan minim proses.

Laporan Komisi MAHA yang dipublikasikan pada Mei lalu menyatakan bahwa konsumsi berlebihan HFCS dapat menjadi faktor penyebab meningkatnya prevalensi obesitas pada anak serta penyakit kronis lainnya. Komisi ini dibentuk oleh Presiden Trump dan melibatkan berbagai pejabat termasuk Menteri Pertanian Brooke Rollins dan sejumlah anggota kabinet lainnya.

Meski sebagian besar produk Coca-Cola di AS menggunakan HFCS, varian dengan gula tebu sejatinya tersedia dalam bentuk “Mexican Coke,” yang diimpor dari Meksiko. Varian ini populer karena rasanya dianggap lebih alami. Namun, produk tersebut tidak diproduksi secara massal di dalam negeri dan hanya tersedia di pasar tertentu.

Rencana penggantian pemanis ini, meskipun dianggap positif oleh sebagian kalangan, dinilai akan menimbulkan tantangan dari sisi logistik dan biaya. Produk dengan gula tebu memiliki masa simpan yang lebih pendek dan membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi.

Tidak semua pihak menyambut baik keputusan ini. Asosiasi Pengolah Jagung Amerika Serikat (Corn Refiners Association) keberatan atas pengalihan bahan baku pemanis tersebut. John Bode, Presiden dan CEO asosiasi tersebut, menilai bahwa kebijakan ini berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap sektor pertanian dan manufaktur pangan dalam negeri. “Mengganti sirup jagung fruktosa tinggi dengan gula tebu tidak masuk akal,” katanya.

Ia menambahkan, kebijakan ini akan menghilangkan ribuan pekerjaan di sektor manufaktur makanan, menurunkan pendapatan petani, dan meningkatkan impor gula dari luar negeri tanpa manfaat nutrisi apa pun. Bode juga menekankan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dari sisi nutrisi antara HFCS dan gula tebu menurut pandangan sejumlah pakar kesehatan.

Negara bagian asal Trump, yakni Florida, merupakan produsen utama tebu di Amerika Serikat. Hal ini memunculkan anggapan bahwa keputusan tersebut mungkin juga memiliki dimensi politik dan ekonomi lokal. Pemerintahan Trump juga tercatat telah menyetujui permohonan dari beberapa negara bagian, termasuk Utah, untuk mengecualikan minuman bersoda dari daftar produk yang dapat dibeli melalui program bantuan pangan Supplemental Nutrition Assistance Program (SNAP). Kebijakan ini memperkuat tekanan terhadap perusahaan minuman ringan seperti Coca-Cola dan PepsiCo untuk menyesuaikan produk mereka dengan standar kesehatan yang lebih ketat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *