Kepala Desa Cemara Kulon Bangun Taman Agroekowisata di Sekitar Sungai 1,3 Kilometer

Posted on

Inisiatif Desa Cemara Kulon dalam Mengembangkan Taman Berbasis Ekonomi dan Lingkungan

Desa Cemara Kulon, yang terletak di Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sedang menjalani transformasi besar-besaran melalui inisiatif pengelolaan sumber daya alam dan sosial budaya. Proyek yang diluncurkan oleh Kepala Desa Cemara Kulon, Sudarno, bertujuan untuk mengubah lahan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan menjadi area yang bermanfaat bagi masyarakat.

Sudarno menyebut proyek ini sebagai “lahan ibadah”, sebuah konsep yang menggambarkan perubahan dari keadaan yang terbengkalai menjadi ruang yang memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan. Proyek ini diberi nama Taman Cemara Kulon, yang bukan hanya sekadar identitas, tetapi juga doa agar desa dapat mengalami perubahan yang berkelanjutan.

Taman ini memiliki luas tanggul sepanjang 1.300 meter dan dirancang menjadi kawasan hijau yang memiliki nilai ekologis, sosial, dan ekonomi. Dalam perencanaannya, terdapat beberapa elemen pembangunan seperti penanaman tanaman hias berbunga untuk memperindah taman sekaligus menjadi sumber pakan bagi lebah madu. Selain itu, Sudarno juga menyiapkan budidaya lebah trigona itama, yang tidak menyengat dan aman bagi pengunjung.

Di beberapa area khusus, sudah berdiri beberapa stup atau rumah buatan lebah madu. Empat stup pertama ditempatkan di saung sederhana, sementara di sisi kiri dan kanan masih ada tambahan stup yang menunjukkan komitmen pengembangan budidaya lebah ini. Selain lebah madu, Sudarno juga menanam pohon mangrove dan mangga di sekitar kawasan tanggul. Untuk mendukung keberlanjutan tanaman tersebut, digunakan sistem penyiraman modern berbasis tetes (drip irrigation) yang lebih hemat air dan menjaga kelembaban tanah secara optimal.

Meskipun proyek ini telah menunjukkan hasil awal, pembangunan masih dalam tahap pengerjaan. Beberapa tantangan utama yang dihadapi antara lain adalah memperbanyak vegetasi bunga, menata jalur sungai agar lebih rapi, serta memperbaiki sistem pengairan. Meski demikian, Sudarno tetap optimistis bahwa konsep agroekowisata yang ditawarkan akan berhasil. Sejak 2022, ia telah mematangkan rancangan agar taman ini bisa menjadi salah satu destinasi unggulan di Indramayu.

Konsep agroekowisata Taman Cemara Kulon tidak hanya sekadar destinasi rekreasi. Di tempat ini, pengunjung bisa belajar mengenal berbagai jenis tanaman, melihat proses budidaya lebah madu, serta menikmati lingkungan sungai yang lebih tertata. Lebah trigona yang dibudidayakan di taman ini merupakan jenis lebah tanpa sengat, sehingga pengunjung, termasuk anak-anak, bisa belajar dengan aman tanpa merasa takut disengat.

Selain edukasi, kawasan ini juga dirancang untuk menjadi pusat kuliner dan produk UMKM warga desa. Hasil panen lebah madu, buah mangga, dan olahan pertanian lokal akan dipasarkan di kawasan taman, menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

Jika pengelolaan berjalan sukses, Taman Cemara Kulon dapat menjadi contoh nasional bagaimana desa mampu mengubah potensi yang ada menjadi kekuatan ekonomi berbasis masyarakat. Dengan demikian, desa tidak hanya menjadi pusat pertanian, tetapi juga pusat wisata, edukasi, dan pemberdayaan.

Sudarno menegaskan bahwa konsep “lahan ibadah” yang ia gagas bukan sekadar slogan. Baginya, setiap langkah pembangunan adalah wujud pengabdian untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian alam. Dukungan dari warga pun mulai terlihat. Beberapa kelompok masyarakat telah bergabung dalam kegiatan penanaman dan penataan kawasan.

Mereka berharap proyek ini tidak hanya berhenti pada tahap perencanaan, tetapi benar-benar menjadi kebanggaan Desa Cemara Kulon. Apabila rampung sepenuhnya, Taman Cemara Kulon diyakini akan menjadi ikon baru wisata desa di Kabupaten Indramayu. Lebih dari sekadar destinasi, taman ini adalah simbol kebangkitan desa dalam mengelola sumber daya menjadi penggerak ekonomi yang berkelanjutan.