Makanan Pedas: Kenikmatan dan Dampak Kesehatan
Makanan pedas sering kali menjadi pilihan utama bagi banyak orang, terutama di Indonesia yang dikenal dengan berbagai olahan makanan yang kaya akan rasa. Namun, meski menawarkan sensasi yang menggugah selera, makanan pedas juga bisa menyebabkan ketidaknyamanan pada perut. Mengapa demikian? Apa saja efek dari makanan pedas terhadap tubuh? Mari kita bahas lebih lanjut.
Senyawa Capsaicin dalam Makanan Pedas
Salah satu senyawa utama yang memberikan rasa pedas pada cabai adalah capsaicin. Senyawa ini terkandung dalam biji cabai dan memberikan sensasi panas atau pedas saat dikonsumsi. Menurut beberapa sumber, capsaicin dapat mengganggu reseptor rasa sakit di lidah, sehingga menimbulkan sensasi panas yang dirasakan oleh kebanyakan orang.
Tingkat kepedasan cabai bisa diukur menggunakan satuan Scoville Heat Units (SHU), yang berkisar antara 0 hingga 15 juta. Contohnya, cabai jalapeƱo memiliki tingkat kepedasan sekitar 2.500 hingga 8.000 SHU, sedangkan cabai habanero bisa mencapai 100.000 hingga 350.000 SHU. Meskipun capsaicin sering dikaitkan dengan rasa pedas, senyawa ini juga memiliki manfaat kesehatan tertentu.
Manfaat Capsaicin untuk Tubuh
Capsaicin dipercaya mampu meningkatkan metabolisme tubuh. Dengan meningkatkan konsumsi oksigen dan suhu tubuh, capsaicin membantu tubuh membakar kalori lebih cepat. Hal ini membuatnya menjadi bahan alami yang digunakan dalam beberapa produk penurun berat badan.
Selain itu, capsaicin juga memiliki sifat anti-inflamasi. Zat ini dapat melawan radikal bebas yang berpotensi menyebabkan peradangan kronis. Peradangan yang tidak terkontrol bisa meningkatkan risiko penyakit seperti kanker, gangguan autoimun, dan penyakit jantung. Studi berdasarkan data National Health and Nutrition Examination Study (NHANES) menunjukkan bahwa konsumsi cabai berkorelasi dengan penurunan risiko kematian dini.
Dampak Negatif Makanan Pedas
Meskipun memiliki manfaat, makanan pedas juga bisa menyebabkan masalah pencernaan. Bagi orang yang belum memiliki masalah perut, makanan pedas dalam jumlah sedang biasanya aman. Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan, makanan pedas bisa memicu iritasi pada lapisan lambung, menyebabkan mulas, sakit perut, atau diare.
Orang dengan kondisi seperti gastritis, yaitu peradangan pada lapisan lambung, cenderung lebih rentan terhadap rasa sakit akibat makanan pedas. Dalam kasus ekstrem, makanan pedas bisa menyebabkan kerusakan fisik dan nyeri yang parah, termasuk asam lambung yang bisa membakar kerongkongan dan tenggorokan.
Tubuh mungkin merespons capsaicin sebagai racun, sehingga menyebabkan gejala seperti sakit perut, diare, nyeri dada, sakit kepala, atau muntah hebat. Para ahli medis seperti Dr. Allan Capin menyarankan agar orang yang tidak terbiasa dengan makanan pedas berhati-hati dalam mengonsumsinya. Jika mengalami gejala yang sangat parah, segera cari pertolongan medis.
Tips Mengatasi Rasa Pedas
Saat merasa pedas, hindari minum air karena capsaicin bersifat berbasis minyak dan tidak akan larut dalam air. Justru, air bisa menyebarkan sensasi pedas lebih luas. Untuk mengurangi rasa terbakar, disarankan untuk mengonsumsi makanan seperti roti, minuman dingin, atau susu.
Bagi individu dengan kondisi seperti penyakit radang usus atau gangguan pencernaan lainnya, sebaiknya menghindari makanan pedas. Namun, bagi kebanyakan orang, tubuh masih mampu menolerir tingkat kepedasan tertentu.
Artikel ini ditulis oleh Michelle Gabrielle, Raudatul Adawiyah Nasution, dan Balqis Primasari.



