10 Tren Kuliner 2026 di Asia Pasifik, Rasa Lokal Mendominasi

Posted on

Laporan Tren Kuliner Masa Depan oleh Marriott International

Jaringan hotel Marriott International merilis laporan tren kuliner masa depan bertajuk “The Future of Food 2026” pada Selasa (14/10/2025). Laporan ini berisi enam tren utama dan empat tren pendukung yang disusun berdasarkan perspektif lebih dari 30 chef, mixologist, pakar industri serta tim kuliner Marriott International dari 270 properti yang tersebar di 20 Asia Pasifik.

Laporan ini sangat penting bagi Marriott International untuk merayakan petualangan kuliner di seluruh Asia Pasifik, khususnya di Indonesia yang menjadi destinasi istimewa di kawasan ini. Dari 83 properti Marriot International di Indonesia, sebanyak tiga hidangan terpilih menjadi yang paling disukai, yakni mi goreng, nasi goreng dan burger. Selanjutnya, 82 persen tamu memilih masakan Asia dibandingkan sajian ala negara-negara barat atau negara lain.

Pergerakan Minat dalam Kuliner

Saya lihat adanya pergerakan minat di kuliner. Enggak lagi menuju ke negara-negara barat, tetapi Asia. Selain Asia Pasifik sebenarnya lebih spesifik ke Asia Tenggara. Media sosial juga berkontribusi membuat hidangan di restoran hotel kian populer, khususnya di properti Marriott International di Indonesia. Pengamat restoran sekaligus penulis kuliner, Kevindra Soemantri, menyoroti gerai makanan dan minuman yang kian menonjolkan hidangan dari bahan baku lokal, seperti yang dilakukan oleh jaringan hotel ini.

Marriott International bekerja sama dengan Javara, perusahaan sosial yang mewadahi lebih dari 50.000 petani kecil di Indonesia. Kami membuat semuanya sederhana bagi petani dengan mengikuti standar yang ada hingga berhasil memasok bahan baku ke hotel bintang lima. Kami memahami apa yang dibutuhkan oleh petani, lalu membangun seluruh ekosistem.

10 Tren Kuliner 2026 di Asia Pasifik

Tren kuliner “The Future of Food 2026” menurut laporan Marriott International menyoroti penggunaan bahan baku, cita rasa hingga gaya bersantap yang perlahan berubah. Menurut laporan tersebut, kenyamanan bersantap kini menjadi bagian dari kemewahan versi baru, khususnya bagi pelanggan muda. Makanan bukan lagi sekadar kebutuhan, melainkan juga medium untuk bercerita, mengekspresikan identitas, dan mempererat hubungan antarbudaya.

1. Kenyamanan sebagai kemewahan baru

Bukan lagi santap mewah fine dining, dunia kuliner kini menyoroti konsep baru bertajuk fine casual dining, perpaduan makanan rumahan dengan sentuhan kreatif. Mulai dari hidangan klasik favorit yang kini tampil dengan gaya modern, seperti ayam goreng dengan topping kaviar hingga menu a la carte dengan lebih banyak opsi, tetapi tidak menghilangkan kesan mewah. Para chef perlahan menata ulang menu favorit sehari-hari dengan sentuhan fine dining, kreativitas dan tampilan yang menggugah selera.

2. Pengalaman bersantap melibatkan pancaindra

Cita rasa yang dinikmati oleh indra pengecap bukan lagi menjadi tolok ukur satu-satunya. Hampir separuh dari tim FnB Marriott International melaporkan peningkatan tamu yang mencari pengalaman bersantap interaktif dengan melibatkan pancaindra. Para tamu memilih bersantap dalam gelap atau menikmati seni yang dapat dimakan (edible art). Saat ini, banyak restoran yang juga menghadirkan elemen interaktif dan teatrikal sebagai daya tarik baru menciptakan pengalaman yang imersif dan menggugah rasa penasaran.

3. Menggunakan bahan lokal

Penggunaan bahan lokal diprediksi kian meningkat, bahkan memperkuat identitas kuliner yang dibuat oleh para koki profesional. Bahan-bahan lokal yang digunakan bakal memadukan inspirasi warisan, kreativitas dan ekspresi pribadi, dikemas menjadi kisah menarik dalam penyajian makanan. Sebanyak 85 persen properti Marriott International di Asia Pasifik kini telah menyertakan bahan atau hidangan bersumber lokal ke dalam menu, menandakan meningkatnya minat konsumen terhadap makanan berbahan lokal.

4. Peran AI dalam dunia kuliner

Selanjutnya, kecerdasan buatan (AI) juga turut mengambil peran dalam industri perhotelan dalam menciptakan efisiensi dan pengalaman bersantap yang lebih personal. Teknologi ini digunakan sebagai pembantu merancang menu yang lebih adaptif dan relevan dengan preferensi tamu, sekaligus membantu mengoptimalkan kombinasi hidangan dan penentuan harga. Meski demikian, tantangan utama dalam menyajikan hidangan terbaik terletak pada upaya mempertahankan sentuhan manusia yang menjadi inti dari keramahtamahan.

5. Asia jadi pusat kuliner

Asia Pasifik yang didominasi oleh negara-negara Asia Tenggara, diprediksi sebagai pusat kuliner yang mendapat pengakuan internasional karena beragamnya budaya makanan. Negara yang disebutkan di antaranya Indonesia, Filipina, Vietnam dan China sebagai panggung kuliner global dengan semangat dan inovasi yang terus berkembang.

6. Chef Asia generasi muda punya peran besar

Bukan hanya berperan sebagai koki, chef muda di Asia juga dianggap mampu menjadi duta budaya yang memadukan teknik modern dengan bahan-bahan asli untuk menghadirkan cita rasa lebih tinggi tanpa meninggalkan warisan leluhur. Memasak bukan hanya soal rasa, tapi mereka juga memandang pekerjaan ini sebagai untuk melestarikan warisan sambil terus berinovasi dengan tradisi dan kreativitas.

Empat Tren Kuliner Lainnya

1. Makanan sehat

Hasil survei dalam laporan tren kuliner ini menegaskan semakin kuatnya tren menuju pola makan yang lebih sehat. Tim FnB Marriott International di Asia Pasifik melihat peningkatan minat tamu terhadap menu vegan sekitar 63 persen, vegetarian sebesar 64 persen serta hidangan bebas gluten sebanyak 54 persen. Tidak lupa bumbu klasik, seperti saus tomat, mayones, saus pedas dan kecap asin tetap menjadi pilihan favorit di berbagai wilayah.

2. Tren baru di bar

Bar-bar di Asia kini sedang mendefinisikan ulang pengalaman menikmati minuman untuk generasi baru yang dianggap berfokus pada kesehatan, sentuhan personalisasi dan suasana yang imersif. Hal ini meiputi menu tanpa alkohol hingga koktail bergaya omakase. Tidak lagi seperti bar berkonsep tradisional, tempat minum ini berkembang menjadi ruang sosial dan menarik bagi para penikmatnya. Bar-bar kian menghidupkan dunia miksologi lewat sentuhan yang lebih kreatif, dengan memadukan bahan-bahan lokal, menggunakan teknik inovatif serta memperkaya rasa sekaligus menciptakan pengalaman baru bagi para penikmatnya.

3. Bahan tradisional

Bahan dan bumbu lokal juga menjadi sorotan dalam tren kuliner masa depan dari Marriott International. Mulai dari bumbu fermentasi hingga garam artisan dan cuka warisan, para koki profesional kembali menyelami kekayaan bahan tradisional untuk menghadirkan cita rasa yang berani, berkelanjutan dan sarat makna budaya.

4. Pionir dalam keberlanjutan

Terakhir, pelaku lokal memimpin dalam upaya menciptakan sistem pangan yang lebih berkelanjutan di Asia dengan cara memberdayakan petani setempat sekaligus menjaga keanekaragaman hayati lewat berbagai inisiatif sosial. Gerakan ini turut mengubah cara industri pariwisata memandang keberlanjutan, sekaligus membuka jalan bagi masa depan kuliner yang lebih sadar akan lingkungan.